Pada mulanya, Al-Asyraf Abu Nasr Barsbay adalah budak
Sirkasia yang dibeli oleh pedagang Yahudi dan dibawa ke Aleppo Syiria. Ia
kemudian dibeli oleh Barquq dan dibawa ke Kairo. Ia diberi mandat sebagai
pengawal internal di dalam benteng kerajaan. Di masa pemerintahan Sultan
Mu’ayyad Shah, ia diangkat sebagai pangeran dan dipercaya sebagai wakil sultan
di Tripoli pada
tahun 1418. Berkat jasa Sultan Shalih Muhammad bin Tatr, ia diangkat sebagai
wakil sultan di Mesir. Akhirnya, pada tahun 1422 ia menyandang gelar sultan
yang memegang tampuk kekuasaan selama 16 tahun.
Di masanya, ia berhasil melumpuhkan perompak Eropa di
sekitar Ciprus yang selalu mengganggu pelaut muslim di Mediterania Timur. Ia
juga membangun jalur perdagangan dengan Persia
(Iran ) dan India . Pada masa ini mulai dikenal
mata uang al-Ashrafiyyah yang digunakan di wilayah Mesir dan sekitarnya.
Kejayaan Barsbay berakhir pada tahun 1438. Tapi kompleks
pemakamannya sudah mulai dibangun pada 1432. Awalnya kompleks ini dimanfaatkan
oleh 17 orang Sufi sebagai madrasah yang menyebarkan mazhab Imam Hanafi.
Seperti masjid Barquq, kompleks pemakaman ini terdiri dari
makam, madrasah dan 2 sabil kuttab. Bangunan utamanya terlihat elegan. Memiliki
2 ruangan berkubah yang dihubungkan dengan sepasang lorong. Bangunan madrasah
memiliki ruangan untuk sultan dan seorang sufi yang menjadi gurunya serta
berdampingan dengan kamar para muridnya.
Arsitektur interiornya sangat impresif. Kompleks ini
terkenal dengan mozaik lantai marmer yang indah. Keindahannya selaras dengan
ketinggian kubah dan ornament-ornamen yang menghiasi interiornya.
Pola ukiran yang menghiasi sisi luar kubah bermotif jalinan
bintang. Motif ini terlihat unik dengan bentuknya yang memanjang. Kubah ini
diukir dengan sangat teliti. Pola geometri yang sambung menyambung membuat
motif bintang menjadi berombak-ombak. Desain ini merupakan pergeseran dari
ukiran berpola zigzag yang memang dominant pada masa itu.
Perhatikan sisi ukiran paling bawah dari kubah itu. Ukiran
itu seperti motif mawar yang tak sempurna. Menurut para ahli, motif mawar yang
tak sempurna itu menunjukkan bahwa pembuatan ukiran itu baru dimulai setelah
kubah selesai dibangun, tidak bersamaan dengan pembangunan kubah.
Menara masjid dibangun terakhir setelah bangunan utama
selesai. Bentuknya mengikuti gaya
Turki utsmani, dengan puncak mengerucut.
Dari jalan utama, kita disambut oleh pagar besi yang
mengelilingi kompleks. Begitu masuk masjid, kita langsung disuguhi pemandangan
yang sangat kontras dengan bangunan-bangunan era Mamluk pada umumnya. Tidak
seperti kompleks sultan Inal, Qurqumas dan Barquq yang memiliki halaman tak
beratap di dalam masjid, masjid ini cenderung memanjang dan sempit. Ada dua ruang utama dalam
masjid itu. Keduanya dipisahkan oleh sebuah lorong dengan lantai sedikit lebih
rendah. Ruang ini bergaya Yunani-Romawi klasik.
Mihrab masjid ternyata baru ditambahkan pada tahun 1953.
Mihrab ini dianggap sebagai salah satu mihrab terbaik di Kairo. Ukiran berpola
bintang dipahat di atas gading. Lantainya yang mewah tersusun atas marmer hitam
putih, batu kapur merah oranye dan kerang mutiara. Jendelanya berukir semen
dengan kaca temaram. Atap yang berwarna-warni menunjukkan bahwa masjid ini
telah tersentuh perbaikan di era Turki Utsmani. Kamarnya berdinding jendela dua
susun. Yang atas telah direstorasi dengan kaca berwarna bergaya modern.
Di ujung lorong ada sebuah makam. Monumen Barsbay yang
terbuat dari marmer ungu dipasang di ruangan melingkar ini. Dekorasi mihrab
dibuat lebih menonjol daripada bagian-bagian lain dengan kombinasi marmer dan
kerang mutiara. Kubah tampak menjulang ke angkasa. Pencahayaan ruangan
mengandalkan sinar matahari yang menembus jendela-jendela tradisional yang
tertutup kaca warna-warni.
Di sebelah selatan masjid terdapat kompleks penginapan.
Penginapan ini sama dengan penginapan-penginapan yang ada di kompleks Inal,
Qurqumas dan Barquq.