Sunday 19 May 2013

Masjid Ahmad bin Thulun

Dalam sejarah mesir, Ahmad bin thulun adalah seorang yang berani menantang sejarah. Ia adalah keturunan thulun, seorang budak (mamaluk) yang menjadi kepercayaan sultan dinasti abbasiyah di baghdad. Ketika didaulat menjadi gubernur mesir oleh pemerintahan abbasiyah menggantikan ayah tirinya Bak bak al turki 254/858 M, ia melepaskan diri, membentuk sebuah gerakan sparatis dan membangun dinasti thuluniyyah. Dinasti yang bebas dari kungkungan politik pemerintahan abbasiyah pada era al-Mu'tashim billah.

Ahmad bin thulun telah mengangkat derajat kaum sudra (mamalik, budak) yang selama ini hanya menjadi pesuruh dan pembantu kerajaan.

Setelah berhasil menghimpun kekuatan di mesir, langkah pertama yang ia lakukan adalah membangun ibu kota. Ibu kota tersebut di beri nama madinat al-Qathai'. Ia pun membangun istana kerajaannya di atas jabal muqatham. Setelah kota yang diidamkannya itu terwujud, terbesit dalam hatinya untuk membangun sebuah masjid agung di tengah kota.

Jika dilihat dari sisi tata kota, Ahmad bin thulun terinspirasi dengan kota tempat ia tumbuh dewasa, samara,di kawasan irak. Keterpengaruhan Ini bias dilihat dari tata kota yang di atur sendiri oleh Ahmad bin thulun. Ia membagi kota ke dalam bebearapa komplek yang terpisah. Setiap komplek dibangun beberapa rumah. Dan jalan-jalan yang menghubungkan antar komplek yang memutari kota. Persis seperti kota samara.

Said bin katib al-Farghani
Nama ini tidak bisa dipisahkan dengan sejarah pembangunan yang digalakkan oleh Ahmad bin thulun. Betapa tidak, said bin katib al farghani lah yang mewujudkan impian ahmad bin thulun untuk membangun kota. Ia telah berjasa membangun sebuah tampungan air untuk kehidupan masyarakat madinat al-Qathai'. Said bin katib al-faeghani adalah seorang arsitek ulung yang beragama masehi.

Setelah merampungkan proyek madinat al-Qathai', said bin katib al-farghani terkena fitnah. Ia dianggap menjegal kuda yang ditunggangi ahmad bin thulun ketia melakukan sidak di tempat pembangunan madinat al-Qathai'. Karena sentiment agama ia pun dihukum, dicambuk, dan dijebloskan ke dalam penjara.

Ketika sedang mendekam dipenjara, said  mendengar kabar bahwa ahmad bin thulun berkeinginan membangun masjid terbesar yang ada di mesir yang disangga dengan 300 lebih tiang marmer. Tetapi impian tersebut mustahil diwujudkan kecuali dengan mengambil tiang-tiang marmer yang menyangga gereja-gereja kuno di mesir.

Said bin katib akhirnya menulis surat kepada ahmad bin thulun yang berisi: saya mampu membangunkan anda masjid terbesar di mesir hanya dengan dua tiang untuk menyangga mihrab.

Ahmad bin thulun langsung memanggilnya dan meminta sketsa bangunan yang digambar di atas kulit hewan. Ia puas dengan sketsa yang diberikan dan membebankan proyek yang sangat besar itu di atas pundak said bin katib al-farghani. Selain besar dan tak tertandingi, Ahmad ibn thulun ingin masjidnya tahan api dan tidak hancur saat terkena banjir. Lagi-lagi said bin katib mengiyakan keinginan sang sultan dan menyanggupinya.

Dana yang tak terkira pun dikucurkan dari brangkas pemerintah. Dan sang arsitek mendapat imbalan yang begitu besar, 10000 dinar emas, atas usahanya mewujudkan impian sang sultan.

Arsitektur masjid ahmad bin thulun memang banyak memukau dunia. Corak melengkung yang menghiasi masjid sudah bisa dibangun 2 abad sebelum corak ini berkembang pada arsitektur bangunan di inggris.

bangunan masjid

Tidak ada bukti yang jelas kapan masjid ini mulai dibangun. Namun berdasarkan papan marmer yang ada diarah kiblat, masjid ini rampung pada tahun 265 H/879 M. ahli sejarah memperkirakan pembangunan masjid berlangsung antara 263-265 H. dengan demikian, masjid ahmad bin thulun adalah masjid ke-3 yang di bangun di mesir. Meski demikian, masjid ini bisa dikategorikan masjid tertua yang masih utuh dan konstruk bangunannya tidak berubah.

Sebab, Masjid Amru bin Ash, meski didaulat sebagai masjid pertama yang beridiri di mesir, tapi konstruk bangunannnya sudah tidak asli. Ia sudah mengalami perbaikan berkali-kali terutama pasca kebakaran hebat yang melahap seluruh kota fustat. Masjid yang kedua berdiri adalah masjid al-'askar (169 H). hanya saja masjid ini sudah hancur dan tidak lagi bisa dikenali bentuk dan konstruk bangunannya.

Masjid Ahmad bin thulun berbentuk persegi dengan luas kurang lebih 162,5 x 161,5 m. di tengah masjid terdapat ruangan terbuka tak beratap yang sangat luas. Luasnya sekitar 92,5 x 91,80 m.

Dibagian luar masjid ada ruang-ruangan terbuka tanpa atap (arwiqah) yang mengelilingi masjid, kecuali bagian kiblat. Ruangan-ruangan ini sering disebut dengan ziyadah. Model bangunan seperti ini banyak ditemukan di masjid-masjid kota samara. Masjid mempunyai pintu yang sangat banyak, 42 pintu. 21 diantaranya pintu asli masjid dan sisanya adalah pintu-pintu ziyadah.

Dekorasi bagian dalam masjid sangat indah dan menawan. Ruangan terbuka dalam masjid dikelilingi oleh arwiqah (ruangan-ruangan) di tiga penjuru, selatan, utara dan barat. Setiap ruwaq memiliki tembok besar yang menyerupai tiang. Tembok tersebut penuh dengan kaligrafi-kaligrafi bercorak arabesque. Bagian atas tembok terdapat jendela yang berbentuk seperti mihrab kecil berhiaskan ukiran-ukiran khas arab.

Pada sisi kiblat, terdapat 5 ruwaq yang beratapkan kayu, dengan tembok yang penuh hiasan dari ukiran batu kapur. Tepat dibawah atap terdapat kayu yang memanjang mengelilingi ruwaq qiblat berpahatkan kaligrafi arab corak kufi yang sangat indah. Terpahat di sana surat al-Baqarah dan ali imran.

Ornament-ornamen menariik terdapat di 4 sisi tembok masjid dengan corak yang bermacam-macam. Pada tembok tersebut terdapat 129 jendela yang dikelilingi oleh kaligrafi berbahan kapur.

Pada sisi kiblat, terdapat 5 mihrab kecil dan satu mihrab utama. Mengenai sejarah mihrab-mihrab ini, para sejarawan mempunyai ksimpulan yang berbeda-beda. Sebagian mengatakan bahwa banyaknya mihrab menunjukkan pluralisme madzhab di mesir. Hal yang sama terjadi di masjid umawi di damaskus. Ibn katsir menyebutkan bahwa taqiyudin bin marahil membangun dua mihrab di masjid umawi, hanafi dan hambali.

Su'ad mahir seorang pemerhati bangunan islam mesir mempunyai pendapat lain. Baginya mihrab adalah bukti atau prasasti peresmian pasca renovasi masjid yang telah dilakukan oleh dinasti-dinasti yang pernah berkuasa di mesir. Sebagai bukti pernyataannya, ia menyebutkan ada dua mihrab di masjid Ahmad bin thulun yang dibangun pada masa dinasti fatimiyyah yang bermadzhab syi'ah. Pada konteks yang demikian, pendapat pertama sulit diterima. Sebab masyarakat mesir bisa dikatakan anti terhadap madzhab syi'ah. Meski dinasti fatimiyyah pernah tumbuh di negeri ini.

Adapun mihrab utama dibangun oleh sultan mansur lajin. Mihrab ini penuh dengan hiasan dan ornament-ornamen khas arab. Kaligrafi yang menghiasinya ditulis dengan tinta emas bertuliskan 'la ilaha illa Allah, Muhammad rasulullah' dengan sangat jelas. Selain itu, mihrab utama juga dipenuhi hiasan dari kaca yang beraneka warna.

Tepat di tengah ruangan terbuka masjid, terdapat kubah yang cukup besar. Kubah tersebut adalah kubah ketiga yang dibangun di tempat yang sama. Kubah pertama dibangun oleh ahmad bin thulun pada tahum 265 H. kubah ini terbakar dan roboh pada masa al-Aziz billah.

Pada tahun 385 H, al-Aziz billah membangun kembali kubah yang dulu hancur. Saat sultan mansur lajin berkuasa, kubah tersebut kembali hancur. Tidak ada sebab yang pasti mengenai hancurnya kubah ini. Sultan pun kemudian membangun kubah itu kembali dan masih bertahan sampai sekarang.

Kubah ini memiliki model yang cukup unik. Di bagian bawah berbentuk persegi dengan empat lubang pintu di setiap sisinya. Tepat di atasnya, terdapat semacam punden berundak bertangga tiga. Punden tersebut dikelilingi oleh jendela yang berbentuk sarang tawon memanjang. Menambah indah arsitektur bersejarah ini. Setelah punden, barulah kubah berbentuk telur itu terpasang. Pada sisi kubah tidak ada ornament-ornamen yang berarti. Hanya tembok berwarna coklat yang polos dengan beberapa jendela kecil.


pada kubah tersebut ada kaligrafi bercorak kufi dengan sangat jelas bertuliskan Qs almaidah ayat 6. kaligrafi ini menandakan bahwa kubah tersebut adalah tempat untuk berwudhu dan bersuci sebagaimana kubah yang terdapat pada masjid Amr bin Ash di fustat.

Bagi para pengunjung masjid Ahmad bin Thulun, barangkali akan melihat pemandangan yang tidak dapat ditemukan di masjid lain. Yaitu model menara masjid Ahmad bin thulun. Menara ini tidak lazim sebagaimana menara masjid bersejarah mesir lainnya. Menara dengan model tangga diluar bukan corak arsitektur mesir. Konon tipe ini mengadopsi menara-menara masjid yang ada di kota samara.

Menara ini mempunyai empat tingkatan. Tingkat pertama berbentuk segi empat. Bagian kedua berbentuk tabung dengan tangga yang melingkarinya. Tingkat ketiga berbentuk segi delapan. Dan bagian atas berbentuk mihrab kecil yang bergelombang.

Jika diperhatikan ada dua corak yang berbeda di keempat tingkat tersebut. Konon tingkat pertama dan kedua dibangun oleh Ahmad bin thulun. Pada bagian ini nyaris tidak ada ornament atau hiasan-hiasan yang berarti.

Sedangkan tingkat ketiga dan keempat dibangun oleh sultan mansur lajin pada tahun 696 H. pada bagian ini, ornament dan hiasan-hiasan khas bangunan arab memenuhi sisi-sisi atas menara.

Al-Maqrizi menyebutkan bahwa di atas menara ada tempat khusus yang digunakan untuk menampung biji-bijian dan makanan burung.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Justin Bieber, Gold Price in India